Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan pada suatu jaringan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan sinar matahari (sun burn), sumber panas seperti api, air panas (scald), sengatan listrik, bahan kimia berbahaya dan radiasi.

B. Penyebab Luka Bakar
Penyebab luka bakar dapat dikelompokkan berdasarkan sumber panasnya:
1) Termal (suhu ˃ 60o C) contohnya api, uap panas, air panas, benda panas.
2) Kimia, contohnya asam kuat, basa kuat, soda api.
3) Listrik, contohnya listrik rumah tangga, petir, dan kilat.
4) Radiasi, contohnya bahan radio aktif, nuklir, sinar matahari (ultraviolet), dan sinar lampu.

C. Derajat Luka Bakar
Untuk memudahkan tindakan pertolongan, pengobatan, maka dilakukan pembagian berdasarkan lapisan kulit yang mengalami luka bakar, yaitu:
1) Luka bakar derajat 1 (permukaan)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (kulit ari atau epidermis) ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak daerah yang terkena misal paling sering luka bakar akibat sinar matahari.

2) Luka bakar derajat II
Pada derajat 2 terdapat dua macam luka bakar, yaitu:
a. Derajat 2 superfisial (kulit luar): Kulit berwarna kemerah-merahan dan timbul bulae (gelembung) terjadi kerusakan epidermis yang lebih dalam, ditandai adanya bulae, rasa nyeri
b. Derajat 2 dalam (kulit dalam): Selain ditemukan kulit yang kemerah-merahan ditemukan jaringan kulit yang terkelupas, kerusakan dermis dan epidermis.

3) Derajat III
Pada derajat tiga ditandai dengan seluruh epidermis dan dermis mengalami luka bakar bahkan bisa merusak jaringan lemak ataupun otot pada luka bakar ini kulit tampak kering, pucat atau putih, bagian luar gosong dan hitam, mati rasa karena syaraf sudah rusak yang nyeri hanya pinggiran.

4) Derajat IV
Jaringan yang rusak lebih dalam lagi yang menimbulkan jaringan nekrotik seperti arang dapat mengenai tulang dan lapisan lainnya yang tidak terbatas.

D. Luas Luka Bakar
Untuk menentukan luas bagian tubuh yang terkena luka bakar dipergunakan rumus “Rule of Nines” atau hukum sembilan yaitu membagi daerah tubuh yang terbakar dengan presentase 9 ( lihat gambar ) misal bila terkena seluruh

E. Pengkajian
Data subyektif: riwayat kejadian, riwayat penyakit masa lalu (DM, gagal ginjal penyakit jantung)

Data Obyektif: usia, berat badan, presentasi dan kedalaman luka bakar, letak anatomis (bagian yang terkena, cedera inhalasi, dan cedera yang menyertai (perlukaan)

Tanda syok hipovolemik: karena kehilangan cairan yang berlebihan yang disebabkan adanya evaporasi penting sekali diperhatikan tanda-tanda kekurangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemi: akral dingin, urine kurang dari 0,5cc/kg/BB, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah
Injuri inhalasi bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering, merah; lepuh pada faring posterior; edema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

F. Masalah Keperawatan

  1. Hipovolemia
    Data yang mendukung: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun( kurang elastismembran mukaosa kering,m volume urine menurun dan hematokrit meningkat.
  2. Bersihan jalan napas tidak efektif
    Data yang mendukung: frekuensi dan pola napas meningkat, tidak mampu batuk effektif, bunyi napas mengi, wheezing dan atau ronchi kering, stridor/crowing

G. Intervensi

  1. Hipovelemia
    Intervensi
  2. Kaji terjadinya hipovolemia tiap 1 jam selama 36 jam
  3. Hitung kebutuhan cairan (Rumus Baxter)
  4. Monitor hemodinamik
  5. Monitor dan dokumentasikan intake dan output setiap jam
  6. Monitor serum elektrolit dan hematokrit.
  7. Pasang infus pada luka bakar di atas 15%
  1. Bersihan jalan napas tidak efektif
    Intervensi
  2. Pertahankan kepatenan jalan napas
  3. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
  4. Monitor bunyi napas tambahan (gurgling, snoring, wheezing, stridor)
  5. Berikan oksigen jika diduga keracunan karbondioksida (CO2) gunakan non rebreating mask (NRM)
  6. Pasang pulse oksimetri

DAFTAR PUSTAKA
AGD Dinkes DKI (2018) , Basic Trauma Life Support,Jakarta,
Arif Muttaqin, Kumala Sari (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem integumen ,Jakarta, Salemba Medika.Rospa Hetharia, (2009).
Kristanti dkk (2016) Asuhan Keperawatan Gangguan Gawat Darurat Jakarta. Trans Info Media
Doengoes, Moorhouse, Geissler, alih Bahasa: I Made Kariasa dam Ni Made Sumarwati, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pen-dokumentasian Perawatan Napas, edisi 3, Jakarta, EGC.
PPNI(2018) Standar Intervesi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta DPP PPNI
PPNI(2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta DPP PPNI
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3, Jakarta, EGC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *