Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah (HDR)

Pengertian
Harga Diri Rendah (HDR) merupakan evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus (PPNI ,SDKI 2017).


Proses Terjadinya Masalah
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008) dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan presipitasi.

a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
1) Biologis
Faktor herediter (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa,
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasien dengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat ke sakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangan sebagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.

Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
a. Pengkajian Harga Diri Rendah

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga (pelaku rawat).Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri?
  2. Coba ceritakan apakah penilaian Anda terhadap diri sendiri mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain?
  3. Apa yang menjadi harapan Anda?
  4. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
  5. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
  6. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
    Dalam pengkajian beberapa teknik komunikasi di gunakan seperti : klarifikasi, memfokuskan, menawarkan diri, memberi kesempatan, menyatakan hasil observasi. Contoh untuk menyatakan hasil observasi adalah “Anda tampak kurang ceria hari ini”.

b. Tanda dan Gejala (Mayor)

subjektif :

  1. Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
  2. Merasa malu/bersalah
  3. Merasa tidak mampu melakukan apapun
  4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
  5. Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
  6. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
  7. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

objektif :

  1. Enggan mencoba hal baru
  2. Berjalan menunduk
  3. Postur tubuh menunduk

c. Tanda dan Gejala (Minor)

Subjektif :

  1. Merasa sulit konsentrasi
  2. Sulit tidur
  3. Mengungkapkan keputusasaan

objektif :

  1. Kontak mata kurang
  2. Lesu dan tidak bergairah
  3. Berbicara pelan dan lirih
  4. Pasif
  5. Perilaku tidak asertif
  6. Mencari penguatan secara berlebihan
  7. Bergantung pada pendapat orang lain
  8. Sulit membuat keputusan
  9. Sering kali mencari penegasan

d. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala harga diri rendah yang ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah dari masalah utama. Masalah utama adalah prioritas masalah dari beberapa masalah yang ada pada pasien.


Contoh kasus: Seorang perempuan usia 27 tahun dirawat di RSJ karena tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan sering berbicara sendiri. Saat pengkajian: mengatakan malu karena tidak mempunyai pekerjaan seperti saudaranya, pendidikannya hanya SMP dan pernah ditolak oleh pacarnya, merasa sedih belum mampu membahagiakan orang tuanya. Hasil observasi: sering menunduk, berbicara pelan, dan tampak rambut kotor. Pada kasus tersebut terdapat masalah keperawatan adalah isolasi sosial, harga diri rendah, defisit perawatan diri dan risiko halusinasi. Dari keempat masalah tersebut tanda dan gejala yang paling dominan adalah tanda dan gejala HDR, berarti masalah keperawatan utama adalah Harga Diri Rendah.

e. Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah
Berikut ini akan diuraikan tujuan dan tindakan keperawatan pada pasien HDR.
Tujuan :
Pasien mampu:

  1. Membina hubungan saling percaya
  2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
  3. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
  4. Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
  5. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
  6. Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya

Tindakan Keperawatan:

  1. Membina hubungan saling percaya
  2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
    Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah :
    a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan)
    b) Beri pujian yang realistis dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien.
  3. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
    Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
    a) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
    b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
  4. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan.
    Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
    a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
    b) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
    c) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).
    d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari.
    e) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien.
  5. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan.
    Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
    a) Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
    b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasiensetiap hari.
    c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas.
    d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan
    e) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.

f. Evaluasi Evaluasi Kemampuan Pasien
Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila pasien dapat:
1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
3) Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
4) Membuat jadwal kegiatan harian
5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri rendah


REFERENSI
Nurhalimah (2018) Modul Ajar Konsep Keperawatan Jiwa. Jakarta. AIPVIKI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *