Asuhan Keperawatan Pada Persalinan

A. Persalinan

1.Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin, plasenta, dan membran dari dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.

2. Faktor-faktor dalam persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah, sebagai berikut
a. Power (Kekuatan)
Kekuatan pada persalinan adalah kontraksi (his) dan kekuatan mengedan. Kontraksi atau HIS yang perlu saudara kaji pada ibu bersalin kala I adalah:
1) Frekuensi: dengan cara menghitung jumlah terjadinya kontraksi dalam 10 menit
2) Durasi: dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi, tercatat dalam hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi berlangsung 45–50 detik).
3) Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu, nilai kekuatannya apakah ringan sedang atau kuat.


b. Passageway (Jalan lahir)
Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher rahim/serviks, panggul, vagina, dan introitus (liang vagina).


c. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)
Passenger yang dimaksud disini adalah penumpang/janin, plasenta dan ketuban. Passenger/janin dan hubungannya dengan jalan lahir, merupakan faktor utama dalam proses melahirkan.

d. Psikologis ibu
Pengalaman seorang ibu dan kepuasan selama proses persalinan dan kelahiran dapat ditingkatkan bila ada koordinasi tujuan diadakannya kolaborasi antara ibu dan tenaga kesehatan dalam rencana perawatan. Jika cemas ibu berlebihan maka dilatasi/pelebaran serviks akan terhambat sehingga persalinan menjadi lama serta meningkatkan persepsi nyeri.


e. Posisi Ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan fisiologis untuk bersalin. Saudara sebagai perawat dapat memberikan dukungan pada ibu bersalin dengan cara memberi informasi mengenai posisi ibu bersalin,

  1. Kala persalinan
    a. Kala I dimulai dari timbulnya kontraksi (his) dan atau keluarnya lendir bercampur darah karena terjadinya pendataran serviks atau perubahan perkembangan servik (leher rahim) sampai lengkap (10 cm).

    b. Kala II
    Persalinan kala II dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) sampai dengan lahirnya bayi. Karakteristik kala II antara lain:
    1) Klien merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
    2) Klien merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina.
    3) Kontraksi menjadi sering, terjadi setiap 2 menit dan selama 60 detik.
    4) Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show).
    5) Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.

    c. Kala III
    Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan sampai dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
    Tanda lepasnya plasenta:
    1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus
    2) Tali pusat memanjang
    3) Semburan darah mendadak dan singkat

    d. Kala IV
    Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelahnya.

B. Partograf
a. Definisi

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPKKR, 2007). Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada proses persalinan (Farrer, 2001).


b. Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

c. Pengisian Partograf
Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
1) Denyut jantung janin: setiap 30 menit, nilai frekuensi, irama dan kekuatannya.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus:
Nilailah kontraksi rahim (his) setiap 30 menit sekali. Nyatakan jumlah/frekuensi kontraksi (his) yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi kotak yang sesuai, sebagai contoh: jika ibu mengalami 3 kali kontraksi dalam 10 menit, lamanya 30 detik maka isi 3 kotak, beri arsiran di kotak yang sesuai untuk kontraksi 30 detik.
Ketentuan:

  • Beri titik-titik di kotak yg sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
  • Beri arsiran di kotak yg sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
  • Isi penuh kotak yg sesuai untuk menyatakan kontraksi yg lamanya >40 detik
    3) Nadi: setiap 30 menit
    4) Pembukaan serviks, dan penurunan presentasi janin: setiap 4 jam
    5) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
    6) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 – 4 jam.

b. Masalah Keperawatan dan Perencanaan
a. Kala I
1) Masalah Keperawatan: Nyeri yang disebabkan karena peningkatan intensitas kontraksi, penurunan kepala ke rongga panggul, ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan, frekuensi HIS terus meningkat.


2) Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan kala I, dengan kriteria: ibu tampak tenang di antara kontraksi, ekspresi wajah rileks, ibu mampu mengontrol nyeri, kemajuan persalinan sesuai dengan tahapan persalinan.


3) Intervensi:
a) Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan teknik relaksasi (teknik napas dalam), memberikan tekanan lembut pada panggul (rasional: teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral).
b) Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu perubahan posisi, memenuhi kebutuhan dasar, perawatan perineal) dengan rasional: pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan kebersihan dan menciptakan perasaan sejahtera.
c) Fasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin (rasional: kehadiran suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi stress dan meminimal intensitas nyeri).
d) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam (rasional: kandung kemih bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan mempengaruhi penurunan janin).

b. Kala II
1) MAsalah keperawatan: Nyeri dikarenakan adanya peningkatan intensitas kontraksi, mekanisme pengeluaran janin yang ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan.


2) Tujuan: ibu dapat beradaptasi dengan nyeri pada kala II, dengan kriteria: ibu dapat mengedan dengan benar, ibu lebih tenang, ibu dapat beristirahat di antara kontraksi.


3) Intervensi:
b) Pimpin ibu mengedan dengan spontan, selama adanya kontraksi (rasional: kemampuan klien untuk merasakan sensasi kontraksi, mengakibatkan proses mengejan efektif).
c) Bantu klien dalam memilih posisi optimal (seperti jongkok atau sim) dengan rasional: posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal mengoptimalkan upaya mengejan.
d) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam (rasional: kandung kemih bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan mempengaruhi penurunan janin).

c. Kala III
1) Masalah keperawatan Gangguan ikatan tali kasih ibu-bayi dikarenakan kurangnya fasilitasi dari petugas kesehatan selama kala III, ditandai dengan: ibu menolak IMD/Inisiasi Menyusu Dini, ibu lebih terfokus pada nyeri yang dialami, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan dan keluarga.


2) Tujuan: klien menunjukkan adanya ikatan kasih sayang yang baik, dengan kriteria: IMD berlangsung minimal 1 jam, ibu berespon terhadap bayinya, adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan.


3) Intervensi:
a) Berikan informed consent (surat persetujuan setelah penjelasan) terhadap keluarga dan ibu tentang kesediaan penerapan IMD (rasional: informed consent sebagai unsur legalitas, ibu menyetujui penerapan IMD).
b) Beri pujian pada ibu yang dapat menerapkan IMD sebagai awal bonding attachment/ikatan kasih saying ibu-bayi.
c) Kaji kondisi fisik BBL/Bayi Baru Lahir untuk pelaksanaan bonding attachment (rasional bayi sehat sebagai salah satu indikasi pelaksanaan IMD).

b. Kala IV
1) Masalah Keperawatan: Risiko tinggi infeksi post partum dikarenakan adanya luka perineum, ditandai dengan ibu takut BAK, vesika urinaria penuh


2) Tujuan: klien dapat terhindar dari risiko puerperium, dengan kriteria: lochea berubah sesuai waktunya, TFU mengalami involusi secara progresif, cairan pervaginam tidak berbau, suhu antara 36–37°C.


3) Intervensi:
a) Lakukan pinsip aseptis dan antiseptis setiap melaksanakan intervensi keperawatan
b) Anjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut setiap basah
c) Berikan nutrisi tinggi kalori tinggi protein
d) Evaluasi/ukur TFU


REFERENSI
Lowdermilk, Perry, dan Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. edisi 8. Alih
bahasa: Felicia Sidarta dan Anesia Tania. Salemba Medika. Jakarta.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Nursing ethics; May dan Mahlmeister( 2008 ). Maternal and neonatal nursing:
Family-centered care. Philadephia : Mosby company.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *