Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia

A. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus/kuning di kulit dan sklera (Suriadi, 2001).

B. Klasifikasi

  1. Ikterus Fisiologis
    Ikterus fisiologis adalah warna kuning pada kulit yang timbul pada hari ke 2 – 3 setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang sendirinya pada hari ke -10. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 15 mg/dl pada neonatus cukup bulan dan 10 mg/dl pada neonatus kurang bulan. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg/dl.
  2. Ikterus Patologis
    Ikterus patologis terjadi sebelum umur 24 jam. Ada tanda-tanda pada bayi seperti muntah, letargi, tidak bisa menelan, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil, ikterus yang menetap > 2 minggu. Kenaikan kadar bilirubin berlangsung cepat (>5 mg/dl per hari).

C. Pengkajian

1. Data Subjektif : –

  1. Data Objektif
    a. Dari hasil pengkajian ditemukan kulit berwarna kuning, bayi tampak lemah, refleks hisap kurang.
    b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar bilirubin direk jika lebih dari 1 mg/dl. Pemeriksaan golongan darah bayi dan ibu untuk mengidentifikasi inkompatibilitas ABO, hemoglobin akan rendah (kurang dari 14 g/dl) jika terjadi hemolisis dan hematokrit (kurang dari 45%).

D. Masalah Keperawatan

  1. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan abnormal (> 7 – 8% pada bayi baru lahir yang menyusu ASI, >15% pada bayi cukup bulan), kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin, usia kurang dari 7 hari, keterlambatan pengeluaran feses.

    Gejala dan tanda Mayor
    Subjektif : –
    Objektif :
    1. Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total > 2 mg/dl, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia)
    2. Membrane mukosa kuning
    3. Kulit kuning
    4.Sklera kuning

    2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan/ketidakmampuan mencerna makanan/ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien/peningkatan kebutuhan metabolisme.

    Gejala dan tanda mayor
    subjektif : tidak tersedia
    objektif: Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

    3. Risiko infeksi
    4. Risiko hipertermia
    5.Risiko hipovolemia

E. Intervensi

  1. Fototerapi neonatus
    a. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
    b. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan berat badan
    c. Monitor suhu tubuh dan tanda-tanda vital setiap 4 jam
    d. Monitor efek samping fototerapi (seperti hipertermia, diare, ruam pada kulit, penurunan berat badan lebih dari 8 -10%)
    e. Siapkan fototerapi dan inkubator
    f. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
    g. Berikan penutup mata
    h. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30 cm atau tergantung spesifikasi lampu)
    i. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar foto terapi secara berkelanjutan
    j. Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
    k. Anjurkan ibu untuk menyusui sekitar 20 – 30 menit
    l. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin.
  2. Penatalaksanaan fototerapi
    Foto terapi adalah tindakan yang dilakukan kepada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubinemia dengan memberikan terapi melalui sinar biru.
    Cara melakukan foto terapi adalah sebagai berikut:
    a. Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi terpapar sinar kecuali popok dan penutup mata.
    b. Kedua mata dan genitalia ditutup dengan penutup yang memantulkan cahaya (hal ini dilakukan untuk pencegahan cidera).
    c. Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm.
    d. Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 3 jam sekali unuk memaksimalkan seluruh tubuh bayi terpapar terapi sinar.
    e. Monitor suhu tubuh setiap 2 – 4 jam dan pastikan suhu tubuh dalam batas normal.
    f. Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang – kurangnya sekali dalam 24 jam.
    g. Lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala terutama pada pasien yang mengalami hemolisis.
    h. Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar.
    i. Berikan atau sediakan lampu masing – masing 20 watt sebanyak 8 – 10 buah yang disusun secara parallel.
    j. Berikan ASI yang cukup. Pada saat memberikan ASI, bayi dikeluarkan dari tempat terapi dan dipangku (posisi menyusui), penutup mata dibuka, serta observasi ada tidaknya iritasi.

F. Evaluasi
Pada bayi dengan ikterus fisiologis ringan dapat dilakukan perawatan di rumah dengan menginformasikan kepada ibu/orangtua bahwa:
a. Bayi harus sering disusui paling lama setiap 2 jam. Jika bayi tidak mau menyusu, perah ASI dan berikan dengan cup kecil.
b. Jika jaundice/kuning tetap ada setelah 2 minggu kelahiran, segera bawa ke dokter.

REFERENSI
Hockenberry, M. J., Rodgers, C. C., & Wilson, D. M. (2016). Wong’s essentials of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *