Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Pengertian
Gangguan Persepsi Sensori merupakan perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi (PPNI, 2017 SDKI).
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Proses Terjadinya Halusinasi
Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi marilah kita belajar mengenai proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter), riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulan g. Menjadi korban, pelaku maupun saksi
dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah,
selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan
anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta
pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta
tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
Asuhan Keperawatan Hasulinasi
a. Pengkajian
Tanda dan Gejala (Mayor)
subjektif :
- Mendengar suara bisakan atau melihat bayangan
- Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan atau pengecapan
objektif
- Distorsi sensori
- Respons tidak sesuai
- Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu
Tanda dan Gejala (Mayor)
subjektif : menyatakan kesal
objektif :
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi
- Curiga
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
- Bicara sendiri
diagnosis keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menegakakan diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala gangguan sensori persepsi : halusinasi yang ditemukan. Data hasil observasi dan wawancara.
Contoh Analisa data :
- Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah marah tanpa sebab, mengarahkan
telinga ke posisi tertentu, menutup telinga - Data Subjektif: mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Masalah keperawatan adalah: Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala halusinasi yang ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah dari masalah utama. Masalah utama adalah prioritas masalah dari beberapa masalah yang ada pada pasien.
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan ditujukan pada pasien dan keluarga, karena keluarga memegang peranan penting didalam merawat pasien dirumah setelah pasien pulang dari rumah sakit.
Tujuan: Pasien mampu:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik
c) Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
d) Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
e) Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari
Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
2) Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi
a) Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa mendukung, dan menyangkal halusinasinya.
b) Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respon dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau mengontrol halusinasi.
3) Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi:
Secara rinci tahapan melatih pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6 (enam) benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
b) Berikan contoh cara menghardik, 6 (enam) benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
c) Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6 (enam) benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju yang dilakukan di hadapan Perawat
d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan tindakan keperawatan untuk mengontrol halusinasi. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan latihannya.
Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan untuk pasien gangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai berikut
1) Pasien mampu:
a) Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
b) Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
c) Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
d) Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
e) Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
(1) Menghardik halusinasi
(2) Mematuhi program pengobatan
(3) Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
(4) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri
2) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi