Sinopsis Si Anak Badai Karya Tere Liye
Identitas Buku
Judul : Si Anak Badai
Penulis : Tere Liye
Co-Author : Sarippudin
Editor : Ahmad Rivai
Cover : Resoluzy
Layout : Alfian
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : 2019
Cetakan : Pertama, Agustus 2019
Jumlah Halaman : iv + 318
ISBN : 978-602-5734-93-9
Dimensi : 13,5 20,5 cm
Berat : 359 gram
Harga : Rp.70.000,-
Novel Si Anak Badai karya Tere Liye ini mengisahkan tentang anak laki laki bernama Zaenal atau kerap disapa Za yang berasal dari kampung Muara Manowa. Ia bersama teman temannya berusaha mempertahankan kampung halaman mereka yang hendak digusur karena akan dibuat pelabuhan. Mengapa judulnya “Si Anak Badai” ? Ini karena kehidupan mereka yang tidak lepas dari laut, julukan itu berasal saat mereka ikut melaut untuk menangkap ikan cakalang, nah ditengah laut lepas tersebut tiba tiba ada badai yang menerjang kapal mereka, Za bersama temannya Ode bahkan hampir terseret badai namun akhirnya mampu menyelamatkan diri dan muncul lah julukan “Si Anak Badai” untuk geng mereka.
Awalnya novel ini menceritakan kehidupan Zaenal dan keluarganya, Za adalah anak seorang pegawai kecamatan bernama Zul, ibunya yang bernama Fatma hanyalah ibu rumah tangga yang punya pekerjaan sebagai penjahit. Za punya 2 adik yang bernama Fatahillah dan Thiyah. Kehidupan keluarga ini layak dijadikan panutan keluarga dijaman sekarang dimana dalam mendidik anak anak dibutuhkan ketegasan namun jangan sampai ada kekerasan, misalnya seperti Mamak ketika memberi perintah Za dan Fat untuk mengukur baju Wak Sidiq, awalnya mereka menolak namun Mamak dengan ucapan yang tegas dan serius mampu membuat kedua anaknya untuk menurutinya. Selain itu dalam keluarga ini pula mengajarkan bagaimana menghargai Mamak atau Ibu sebagai orang yang banyak jasanya dalam sebuah keluarga, yang tugasnya bisa berlipat namun mampu dilakukan tanpa mengeluh sedikitpun, seperti menyuci baju, menyetrika, masak, mencuci piring, membersihkan rumah, dan Mamak masih mampu untuk cari tambahan uang dengan menjahit.
Kehidupan dikampung Manowa awalnya baik baik saja, lalu datanglah utusan yang mengaku dari provinsi membawa kabar akan membangun sebuah pelabuhan di kampung mereka, jelas saja warga kampung menolak. Sekalipun warga pada awalnya diberi iming iming tempat tinggal baru, mereka tetap menolaknya. Adalah Pak Kapten yang dianggap sesepuh kampung yang berani menyuarakan penolakannya hingga membuat utusan provinsi itu pulang dengan hati yang kesal sekaligus dendam. Masalahnya semakin bertambah rumit ketika tiba tiba ada perintah penangkapan Pak Kapten lantaran kasus yang melibatkannya dimasa silam.
Disaat sulit tanpa adanya Pak Kapten sebagai sesepuh kampung, warga hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan bahwa tempat tinggal mereka sebentar lagi akan digusur. Bahkan ketika sekolah satu satunya dikampung itu dirobohkan tidak ada yang mampu berbuat banyak, membuat anak anak menangis karena sekolah mereka digusur.Tapi tidak untuk geng “Si Anak Badai” ini, mereka berusaha mencari cara untuk menggagalkan rencana pembangunan pelabuhan itu. Hingga akhirnya dengan kekompakan dan semangat membara meraka berempat, mereka mampu membawa bukti yang mampu menyelamatkan kampung mereka dari penggusuran.