Inovasi Yang Dapat Dilakukan Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, serta lingkungan dalam suatu proses pendidikan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1 bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurt Claxton (1998) guru ahli ialah guru yang akrab dengan istilah knowing what to do serta knowing what to do when you don’t know what to do. Guru ketika berada di dalam kelas tentunya berhadapan dengan siswa yang memiliki karakteristik beraneka ragam, belum lagi guru dihadapkan dengan situasi dan kondisi sekolah yang terkadang diluar dugaan dalam perencanaan. Kondisi seperti ini mengharuskan guru untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kondisi tersebut. Inovasi ini berasal dari kemampuan guru untuk memutuskan apa yang terbaik untuk pembelajaran yang akan dilakukan, yang berdasarkan penilaian guru terhadap keadaan kelas dan siswa secara profesional. Dengan adanya inovasi-inovasi yang diciptakan ini juga memberikan arti baru bahwa guru sebagai seorang profesional atau ahli mampu menjadi seorang inovator selain dalam perencanaan pembelajaran juga dalam pelaksanaannya
Menurut Abdurrahman (2015) ada beberapa transformasi yang bisa dilakukan guru sains untuk melakukan inovasi dalam pembelajarannya, yakni sebagai berikut.
- Menerapkan model menjadi merancang model
Telah banyak model pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan-tujuan tertentu dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, serta untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan yang penting bagi siswa.
- Memandu siswa menjadi menantang siswa belajar atau berkreasi
Kita telah familier dengan kontruktivisme, yang secara umum memberikan pandangan bahwa pengetahuan berada di dalam diri siswa. Jacobsen dkk (2008) mengemukakan bahwa guru hanya dapat menegosisasikan shared meanings dengan para siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk membangun pemahaman yang bermakna saat mereka terlibat dalam aktivitas yang dilakukan secara sengaja.
Guru tidak lagi memandu apa yang harus dilakukan bagi siswa step by step. Tetapi cenderung menantang siswa untuk melakukan pembelajaran, berkreasi, dan menyelesaikan permasalahan. Hal ini bisa dilakukan melalui dua transformasi berikutnya
- Bertanya menjadi mendorong siswa bertanya
Bila dihadapkan dengan sesuatu yang relevan, atau berkaitan dengan kehidupan kesehariannya, siswa akan cenderung untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga keinginan untuk bertanya muncul.
- Memperkenalkan konsep menjadi membuat materi atau tema misteri yang harus ditemukan siswa
Berkaitan dengan mendorong siswa untuk bertanya, guru harus mampu membuat tema misteri yang harus ditemukan siswa sendiri. Tema misteri ini bisa dibuat sesuai dengan fenomena yang akan dihadirkan kepada siswa dan menjadi tujuan pembelajaran instruksional dan nurtural yang akan dicapai. Sehingga pada pelaksaanaannya guru tidak lagi hanya memperkenalkan konsep kepada siswa, tapi membiarkan siswa mencari dan menemukan konsep itu melalui tema-tema misteri yang guru hadirkan ke dalam kelas.
- Meneliti (Research Based Teaching)
Guru sains yang inovatif selalu melakukan refleksi terhadap keadaan kelasnya. Mereka mengevaluasi efektivitas setiap aspek pembelajaran yang yang telah dilakukan, seperti bahan ajar, media yang digunakan, metode dan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melihat korelasi hal tersebut dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.
References:
Claxton, G. (1998). Knowing without knowing why. The Psychologist, 11(5), 217-20.
Abdurrahman. (2015). Guru Sains Sebagai Inovator; Merancang Pembelajaran Sains Inovatif Berbasis Riset. Yogyakarta: Media Akademi